Selasa, 07 Februari 2017

SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT SISTEM STATUS YANG BERUBAH Runtuhnya Sistem Status Kolonial dalam Abad Kedua Puluh

SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT SISTEM STATUS YANG BERUBAH
Runtuhnya Sistem Status Kolonial dalam Abad Kedua Puluh
Oleh W.F. Wertneim
Resume

Pelapisan yang mengubah sistem status masyarakat terjadi di tengah tengah kita, salah satunya di pulau jawa dan sekitarnya. Pelapisan masyarakat menyebar dari pulau jawa merembet ke pulau pulau sekitarnya. Salah satu pendorong bergeraknya pelapisan masyarakat ini karena adanya pedagang. Para pedagang ini menentang tradisi dan kekuasaan suku. Ini menimbulkan keresahan dikalangan masyarakat khusunya dalam pertanian, bukan hanya karena kemiskinan tapi juga karena perlawanan.
Pendidikan memiliki pengaruh dinamis diluar pulau jawa. Dimana pendidikan mempengaruhi meningkatnya jumlah profesi, meluasnya ekonomi dan lapangan pekerjaan baru. Kondisi ini membuat para cendekiawan lebih banyak belajar dan bekerja di Jawa.
Pendidikan yang semakin maju itu memunculkan suatu kelompok yang baru yang naik sampai ke tingkat diatas masyarakat pada umumnya karena kemampuan teknisnya. Kondisi menyebabkan jumlah pedagang Jawa semakin bertambah, dari tahun 1905 1,87% dari seluruh penduduk (30 juta jiwa) naik ke angka 2,27% dari seluruh penduduk (40 juta jiwa) tahun 1930.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada saat kelompok bumiputera melakukan perubahan terhadap susunan masyarakat tradisional lama dan melakukan pengaruh yang bersifat individual. Namun perubahan ini tidak terjadi di Jawa, dimana budaya justru melindungi dan mengajarkan pelajaran yang sederhana di berbagai elemen masyarakat. Namun terlepas dari itu semua, pendidikan bertentangan dengan konsep Bumiputera, dimana orang yang berpendidikan lumrahnya lebih memilih bekerja di kota yang gajinya lebih tinggi, daripada bekerja di sawah pedesaan.
Pendidikan telah menciptakan seluruh kelas orang Indonesia yang mempunyai pendidikan Barat sampai ke tingkat tertentu. Pertama, kelas ini mempengaruhi sistem nilai kemasyarakatan dalam masyarakat Indonesia. Kedua, kelas ini mendobrak pelapisan sosial kolonial abad XIX yang berdasarkan perbedaan ras. Kelas pendidikan ini tidak dapat di jangkau oleh seluruh elemen masyarakat. Baru setelah 1990, pendidikan terbuka diadakan, sehingga sebagian besar masyarakat dapat memperoleh pendidikan.
Dibukanya pendidikan terbuka ini membuat pemerintah membutuhkan tenaga kerja terlatih untuk mengajar. Untuk itu perekrutan tenaga ahli meningkat dari 1928-1938. Selain perekrutan, terjadi proses “Peng-Indoan” dimana pemilihan tenaga ahli kebanyakan diambil dari warga sendiri. Langkah ini menimbulkan dampak yang positif dan negatif. Positifnya, menimbulkan keintiman antar kebudayaan dan kelompok, sisi negatifnya dinding dinding ras semakin hilang serta ketegangan bertambah.
Sistem itu membuat sebagian masyarakat ada yang terlibat dalam persaingan ekonomi, status sosial, serta kekuasaan. Namun disisi lain terdapat kalangan yang justru lebih suka untuk mengadakan persatuan.

SITUASI SOSIAL DUA KOMUNITAS DESA DI SULAWESI SELATAN
Oleh Mochtar Buchori dan Wiladi Budiharga
Resume
Masyarakat di desa Maricaya Selatan terdiri dari tiga lapisan masyarakat. 10% dari jumlah KK masyarakat merupakan lapisan kelas atas dengan ekonomi mampu, yang meliputi pejabat dan kelompok professional. 60% dari jumlah KK masyarakat merupakan lapisan kelas menengah dengan ekonomi sedang, yang meliputi alim ulama, pegawai, pedagang. Dan sisanya, 30% dari jumlah KK masyarakat merupakan lapisan kelas bawah dengan ekonomi miskin, yang meliputi kaum buruh.
Berdasarkan situasi sosial diatas, masyarakat kelas atas dengan kelas bawah susah untuk kontak sosial, untuk itu masyarakat kelas menengah ini menjadi penghubung antara masyarakat kelas atas dan kelas bawah sehingga antar elemen masyarakat masih dapat timbul suatu kontak sosial.
Dilihat dari segi pendidikan, terdapat latar belakang pendidikan pada setiap lapisan masyarakat. Pada lapisan kelas atas, kebanyakan latar pendidikannya lulusan dari Perguruan tinggi dan SLTA. Lapisan kelas menengah, lulusan dari SLTP. Sisanya merupakan lulusan yang berasal dari kelas bawah.
Berdasarkan seberapa banyak informasi yang dapat diterima oleh lapisan kelas masyarakat melalui pesawat TV. Di lapisan kelas atas, semua keluarga memiliki TV. Di lapisan menengah, ada yang mempunyai TV, ada yang tidak. Di lapisan bawah, tidak ada yang mempunyai TV.
Sama seperti di desa Maricaya Selatan, di desa Polewali lapisan masyarakatnya juga dibagi menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan atas, menengah dan bawah. 35% lapisan atas ( orang kaya ) berasal dari etnis Bugis dan Maksar yang mayoritasnya adalah pemangku adat dan alim ulama. 55% lapisan menengah ( ekonomi sedang) berasal dari Makasar dan Toraja mayoritas bekerja sebagai pejabat dan pegawai negri. Sisanya, 10% lapisan bawah ( miskin ) berasal dari suku Bugis, Toraja, Jawa Makasar dan Cina bekerja sebagai pedagang dan Buruh.
Terdapat berbagai macam gaya hidup yang dimiliki oleh berbagai macam lapisam masyarakat. Pada lapisan kelas atas, Para pemangku adat dan alim ulama hidup secara lugas, hemat dan mengutamakan pendidikan, berbeda dengan pejabat yang hidupnya mewah, berfoya foya serta mengikuti gaya hidup orang modern. Pada lapisan kelas menengah, lebih mengikuti gaya hidup sederhana. Pada lapisan kelas bawah, hidupnya sangat sederhana dan hemat.
 Analisis
  1. Jelaskan dimensi dimensi yang mendasari lapisan masyarakat pada kedua bacaan tersebut.
Jawab :
Bacaan 1
Ada empat dasar yang mendasari lapisan masyarakat, yaitu ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan.
Pada ukuran kekayaan, diukur berdasarkan seberapa kaya lapisan masyarakat. Pulau Jawa merupakan daerah yang ekonominya lebih maju daripada pulau lainnya, sehingga para cendekiawan kebanyakan bekerja di jawa yang upahnya lebih banyak.
Pada ukuran Kekuasaan, diukur dari seberapa besar kekuasan yang seseorang miliki. Orang Eropa menguasai pemerintahan dan orang Cina menguasai perdagangan. Pada saat penjajahan, Orang Belanda mempunyai kekuasaan untuk memonopoli perdagangan di lanjutkan oleh orang Cina, Arab dan Indonesia.
Pada ukuran kehormatan, diukur berdasarkan seberapa besar orang disegani dan dihormati oleh masyarakatnya. Disini ada cendekiawan memiliki kelas kehormatan lebih tinggi daripada pedagang, karena cendekiawan dianggap lebih penting daripada pedagang.
Pada ukuran ilmu pengetahuan, diukur berdasarkan seberapa tinggi latar belakang pendidikan yang telah dicapai. Cendekiawan berada pada posisi paling atas, pedagang dan kemudian petani. Ukuran tersebut berdasarkan latar belakang pendidikannya.
Bacaan 2
Ada empat dasar yang mendasari lapisan masyarakat, yaitu ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan.
Pada ukuran kekayaan, diukur seberapa kaya lapisan masyarakat. Jelas tertera pada bacaan diatas, bahwa kalangan pejabat dan kelompok professional berada pada lapisan atas, alim ulama, pegawai dan pedagang berada pada lapisan menengah, dan kaum buruh berada pada lapisan bawah.
Pada ukuran Kekuasaan, diukur dari seberapa besar kekuasan yang seseorang miliki. Pejabat menduduki lapisan paling atas, karena memiliki kekuasaan kewawnangan. Alim ulama dan kelompok profesional berada pada lapisan menengah, kelompok ini masih bisa berkuasa atas masyarakat atau kelmpok perorangan yang bekerja atau mengikut kelompok tersebut. Kemudian ada Buruh dan pegawai yang termasuk kalangan bawah, karena mereka bekerja dibawah atasan mereka.
Pada ukuran kehormatan, diukur dari seberapa diseganinya orang didalam masyarakat atau suatu kelompok tertentu. Pejabat dan alim ulama berada pada lapisan paling atas karena mereka disegani dan menjadi panutan masyarakatnya. Kemudian ada pegawai dan kelompok profesional masuk kedalam lapisan menengah, karena mereka dianggap memiliki wibawa sebagi orang yang telah mandiri dan bekerja. Buruh dan pedagang masuk dalam lapisan paling bawah, karena mereka kebanyakan tidak terlalu disegani.
Pada ukuran ilmu pengetahuan, diukur seberapa tinggi latar belakang pendidikan yang dimiliki seseorang. Pada bacaan diatas, ukuran pendidikan dari tinggi keatas yaitu lulusan dari Perguruan Tinggi, SLTA / SMA, SLTP / SMP, SD, Putus Sekolah SD, dan tidak sekolah.

  1. Bandingkan sistem pelapisan yang ada pada bacaan 1 dan bacaan 2 ( siapa dan bagaimana ) !
Jawab:
Pada bacaan I sistem pelapisan masyarakat di dasarkan pada pendidikan, orang yang mempunyai pendidikan sangat dihargai dan dihormati, terlihat pada pedagang dan cendekiawan. Sedangkan pada bacaan II sistem pelapisan masyarakat didasarkan pada ukuran ekonomi masyarakat tersebut, semakin mampu seseorang maka berada pada lapisan yang paling tinggi. Terlihat pada pejabat, kelompok profesional yang memilik ekonomi lebih baik daripada pedagang dan buruh.

  1. Jelaskan faktor faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial pada masyarakat dalam kedua bacaan tersebut!
Jawab:
Pada bacaan 1, Faktor yang mendasari terjadinya mobilitas pada bacaan adalah adalah kesadaran dan keinginan untuk berubah kearah yang lebih maju yang menyebabkan orang Cina tidak lagi memonopoli perdagangan.
Pada bacaan 2, Faktor utama yang mendorong mobilitas sosial pada masyarakat Maricaya Selatan dan Polewali adalah pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan. Pendidikan dan ilmu pengetahuan ini dapat menjadi sarana untuk mendapatkan terhormat dan kedudukan sosial yang lebih baik karena pendidikan ini dapat meningkatkan peranan mereka di masyarakat yang memicu perkembangan ekonomi yang lebih baik.

0 comments:

Posting Komentar